Senin, 12 Maret 2012

dua puluh dua tahun dan Ayah

dua puluh dua tahun yang lalu aku masih merasakan hangatnya berbagi kasih dalam pelukan mu, kau peluk dan kau bimbing aku kemana pun kau pergi. Aku ingat betul cerita Bunda saat kau dan Kakek berselisih faham untuk memberikan nama pada gadis kecil mu ini, dan itu pun terjadi dua puluh dua tahun yang lalu.

Ayah...begitu banyak cerita yang ku punya tentang mu, dan karena banyaknya aku yakin suatu saat nanti aku tak kan mampu untuk mengingatnya satu persatu, hingga ku putuskan untuk mengukirnya pada tubuh-tubuh pohon tua yang ada disamping rumah tua kita, dan aku juga menulisnya pada helaian helaian kertas yang selalu ku bawa kemana pun aku pergi, aku juga membisikknya pada kumpulan hewan-hewan peliharaan yang kau punya dirumah, dan aku juga menanamnya pada seluruh bunga yang kau tanam dalam pot-pot bunga cantik pilihan mu itu, dan tak lupa aku juga mendendangkannya pada kicauan burung yang menemani ku setiap pagi datang. Ayah...semua itu ku lakukan agar suatu saat nanti aku bisa mengingat semua cerita dan semua kisah yang pernah ku lalui bersamamu..karena bagi ku semua cerita tentang mu dan aku adalah sejarah yang tak kan pernah bisa untuk dilupakan.

Ayah...usia ku kini telah genap dua puluh dua tahun, aku sudah dewasa Ayah....itu yang ku tahu saat ini. tapi ternyata tidak bagimu. bagi mu fisik ku memang telah dewasa, tapi tidak dengan pola fikir dan kematangan pribadiku. bagimu aku tetap putri kecil mu yang selalu akan tetap kau jaga dan kau lindungi hingga suatu saat nanti seseorang yang kau rasa pantas menggantikan posisi mu untuk menjaga dan melindungi ku datang, maka saat itu kau akan melepaskan ku.

Ayah...aku selalu bangga bisa memiliki Ayah seperti mu...sering aku mendapatkan pujian dari rekan sebaya ku tentang mu..bagi mereka kau adalah Ayah yang hebat, Ayah yang gagah, Ayah yang kuat, Ayah yang humoris dan Ayah yang terbaik....dan itu pun tak pernah aku pungkiri. Aku selalu bangga dengan semua yang ada didiri mu Ayah. Ayah...apa kau masih ingat saat aku sakit kau selalu setia mengantarkan ku untuk mendatangi dokter paling hebat agar aku bisa terlepas dari derita sakit yang kurasa, dengan sepeda motor tua mu kau antar aku kemana pun, saat sakit ku dan saat sehat ku. aku selalu senang bisa menunjukkan pada dunia bahwa aku bisa memiliki seorang Ayah seperti mu.

Ayah...ku akui kau memang terkadang lucu dengan tingkah mu yang sengaja kau lakukan untuk menghibur dan menyenangkan hati ku....saat bersama tak jarang kau memakai kerudung kepunyaan ku, terkadang kau juga memakai bandana  bergambar kupu-kupu warna merah jambu yang kupunya, semua itu kau lakukan untuk menggoda ku. Ayah...aku juga ingat saat kau seringkali meniup eskrim yang kau makan, dengan polosnya kau berkata " eskrimnya dingin...gigi Ayah ngilu dibuatnya ", dan aku pun menjawab " Ayah...gak ada orang yang makan eskrim itu ditiup Ayah, memangnya Ayah makan bakso ??? " sekali lagi kau hanya tersenyum, dan kita pun tertawa kembali Ayah.

Ayah...ayah ingat setiap kali lebaran tiba, Ayah selalu mewanti-wanti agar aku tak membeli pakaian yang tak layak untuk ku pakai sebagai seorang wanita. Ayah selalu melarang untuk tidak membeli pakaian yang ketat dan terbuka...dan hingga saat ini aku pun memang merasa nyaman dengan pakaian yang memang Ayah pilihkan untuk ku.

Ayah....saat ini yang aku tahu aku ingin membahagiakan mu....menggantikan mu mencari rezeki untuk keluarga kecil mu ini...aku ingin sekali memeluk tubuh kekar mu yang sekarang mulai ringkih...taapii....aku takut tangis ku pecah saat aku berada dalam pelukan mu.....

Ayah aku ingin jika saatitu tibaa....kau masih bisa menepati janji mu untuk menggandenga tangan ku menuju cita cita dan mimpi ku yang bahagia.....karena bagiku engkau dan Ibu sama penting nya Ayah....

ini aku dan Ayah .....
saat hari wisuda Ayah.....
banyak cerita yang kau ukir kala itu dengan ku Ayah...
Ayah....aku mencintai mu karena Allah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar